Ulasan Buku Di Pojok Lamunanku: Mengungkap Lamunan tentang Keragaman Karakteristik Individu
Desember 10, 2021Oleh: Dhimas Muhammad Yasin
Judul : Di Pojok Lamunanku
Penulis : MT Ridwan
Penerbit : Guepedia Publisher
Cetakan : Pertama, September 2020
Jumlah halaman : 114
ISBN : 978-623-294-433-6
Sinopsis:
Novel ini merupakan sebuah memoar saat remaja. Boleh jadi, novel ini merupakan sebuah diari kehidupan anak muda. Namun, para pembaca bebas menafsirkan atau menghakimi dengan argumen lain, termasuk menganggap bahwa buku ini semacam novel picisan.
Kami, awalnya asing bagi satu sama lain. A complete stranger. Saling menertawakan, saling ejek, dan saling memanfaatkan. Entah bagaimana, sekarang kami bisa jadi sahabat sejati sak lawase. Bersama-sama kami belajar bahwa berbeda pendapat bukan berarti seperti dalam ring tinju. Saling tonjok!
Kalaupun harus ada yang menang, harus ada yang kalah itu tidak menjadi masalah bagi kami. Karena kami menyadari bahwa perbedaan pendapat adalah suatu keniscayaan dalam kebersamaan. Tetapi kami selalu memastikan bahwa kami tidak salah tangkap atas penjelasan masing-masing. Karena kami juga sadar setiap individu memiliki sesuatu yang unik dalam dirinya yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
Kami menjaga diri sendiri masing-masing dan saling menjaga. Kami adalah The Bego. Dan dalam buku inilah cerita kami tersurat.
Buku ini merupakan novel yang menceritakan kisah penulis bersama dengan teman-teman gengnya saat SMA dulu. Mereka menamakan diri sebagai geng The Bego. Buku ini ditulis berdasarkan hasil lamunan penulis selama menongkrong di warung kecil. Dengan kata lain, penulis berposisi sebagai saksi kisahnya selama bersama teman-teman gengnya dulu. Diungkapkan pula bahwa buku ini merupakan memoar atau diari penulis yang berharga. Namun, penulis mempersilakan para pembaca untuk mengomentari secara bebas penyajian buku ini.
Dengan membaca buku ini, para pembaca akan diajak untuk bernostalgia. Penulis menceritakan kisahnya saat satu dekade lebih yang lalu. Zaman itu masih maraknya ponsel bermerek Nokia, terutama tipe N-Gage, lalu akun media sosial seperti Friendster, kemudian warnet yang masih menjamur di mana-mana. Bahkan, saat itu sedang tren tanaman berjenis anturium yang harganya sangat fantastis. Selain itu, marak pemberitaan tentang wabah SARS dan flu burung yang pernah menggegerkan dunia.
Dikisahkan awal, penulis sebagai tokoh Aku yang kesehariannya menjalani hidup sebagai pengangguran. Sebagai akibat dari pandemi Covid-19, ia selalu menghabiskan waktunya dengan melakukan berbagai aktivitas percuma di rumah. Lambat laun ia merasa bahwa hidupnya menjadi makin tidak produktif dan tidak berguna. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk mencari suasana baru di luar rumah, tepatnya di warung kecil pinggir sawah dekat rumahnya. Di sinilah, lamunan masa lalunya muncul dan menjadi semacam momentum untuk menggoreskan kisah hidupnya yang paling berkesan.
Lalu, kisah berlanjut ke sembilan teman gengnya saat SMA dulu. Masing-masing memang mempunyai ciri khas atau karakteristiknya masing-masing. Si Donal dengan pertanyaan dan keagamaannya. Si Nobita dengan kacamata dan eskulnya. Si Gandul dengan bus kota dan hafalannya. Si Lumpur dengan bungkuk dan biologinya. Si Pasha dengan kaset dan bahasa Inggrisnya. Si Ompong dengan permen dan matematikanya. Si Mr. Bean dengan rubik dan belalang tempurnya. Si Ueki dengan buba dan sepedanya. Si Pato, anggota baru The Bego. Kemudian, ditutup dengan akhir lamunan dan kesimpulan kisah tersebut.
Setiap panggilan tokoh juga mempunyai makna tersendiri. Misalnya, si Donal karena monyong seperti toko kartun Disney saat melihat perempuan cantik. Si Nobita karena mirip dengan tokoh kartun Jepang. Si Gandul karena mempunyai hobi menggandul atau bergelantung. Si Lumpur karena berasal dari daerah Sidoarjo, Jawa Timur dan termasuk korban Lumpur Lapindo.
Kemudian, Si Pasha karena sangat nge-fans dan berpenampilan seperti vokalis band Ungu. Si Ompong karena beberapa giginya sudah tanggal. Si Mr. Bean karena model dan kelakuannya mirip dengan komedian asal Inggris itu. Si Ueki karena sangat nge-fans dan berpenampilan seperti tokoh kartun Jepang. Si Pato karena sangat nge-fans dan berpenampilan seperti tokoh sepak bola internsional, Alexandre Pato.
Buku ini menjadi catatan bahwa penulis tidak sekadar berimajinasi yang kemudian berakhir menjadi narasi picisan. Penulis juga mencermati setiap momen dan amanat yang diperoleh selama bergaul dengan teman-teman gengnya tersebut. Nama gengnya yang identik dengan kebodohan itu justru membuat mereka berendah hati. Kebodohan membuat mereka selalu mempertanyakan segala sesuatu yang tidak menarik bagi kebanyakan orang. Kebodohan pula yang membuat mereka selalu belajar berpikir panjang, kreatif, dan kritis.
Sebagai novel yang menceritakan masa remaja, tentu ada sedikit bumbu lawan jenisnya. Misalnya, si Nomoki, sebutan tokoh perempuan yang menjadi idaman bagi penulis dan kebanyakan siswa di sekolah. Mereka semua mengagumi si Nomoki dan bersaing dengan caranya masing-masing. Dalam hal ini, si Donal yang memperoleh pengalaman paling pahit dari para pesaingnya. Mulai dari munculnya banyak meme yang menyudutkan si Donal sampai dengan akun palsunya yang berisi hal-hal porno.
Bagi pembaca yang merindu kisah remaja dengan sudut pandang yang tidak itu-itu saja, buku yang tergolong tipis ini layak direkomendasikan untuk dibaca. Buku ini juga diperkaya dengan epilog dan lampiran foto kebersamaan penulis dengan teman-teman gengnya pada halaman belakang. Barangkali melalui buku ini, kita belajar bahwa tidak semua lamunan itu sia-sia. Lamunan akan menjadi monumen yang berharga bila direnungkan, diolah, dan dituangkan dalam bentuk kata-kata.
Lahir dengan nama lengkap Dhimas Muhammad Yasin. Buku puisinya Rayuan Amplop Putih (2019). Buku cerpennya Dalam Ruang Gerhana (2019). Buku ilmiahnya Sekapur Sirih Filologi Indonesia (2019). Editor buku-buku sekolah untuk SD/MI. Pemeran dan pengisi suara di Channel Youtube: Maestro Digital Education.
0 komentar