Pluralisme Agama: Agama Cinta untuk Keselamatan Seluruh Manusia
April 04, 2021
Oleh: Hamdika Al Kahfi
(Mahasiswa llmu Tafsir UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
Salah satu agenda mereka (baca notes) adalah
menghapuskan agama-agama di muka bumi. Penghapusan agama tidak berarti
dihilangkannya seluruh ajaran, penganut, kitab suci dan tempat ibadah
seluruh agama. Akan tetapi diselewengkannya konsep "kebenaran" dalam
seluruh agama. Sehingga dasar teologis seluruh agama berdiri di atas
konsep kebenaran yang semu. Tidak ada hitam atau putih. Seluruh agama
memiliki peluang kebenaran dan jalan keselamatan yang sama dan menuju
Tuhan yang sama.
Itulah
pluralisme agama. Konsep yang bertujuan menciptakan kedamaian di tengah
keragaman agama yang bermacam-macam. Menurut mereka konflik adalah musuh
bersama yang harus diperangi, disingkirkan dan dijauhi karena
bertentangan dengan kedamaian yang mereka impikan. Mereka meyakini bahwa
keragaman adalah kehendak Tuhan yang tidak bisa diubah, tetapi mereka
tidak mau mengakui keniscayaan konflik yang timbul dari keragaman.
Untuk
memuluskan agenda, mereka menghapuskan agama secara halus dengan paham
pluralisme agama. Maka diciptakanlah sosok teroris yang berasal dari
penganut agama yang konservatif (meyakini kebenaran satu agama dan
memandang agama yang lain salah) yang sengaja berasal dari agama Islam.
Seperti kata pepatah, 'sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui', maka
sosok teroris yang mereka ciptakan bukan semata-mata agar Islam dibenci
(Islamophobia), akan tetapi juga agar paham pluralisme agama yang mereka
usulkan menjadi harum (dapat diterima secara universal oleh agama apa
pun karena bertujuan menciptakan kedamaian yang mutlak) sehingga
berjalan muluslah agenda mereka dalam menghapuskan agama-agama,
dikolaborasikan dengan liberalisme-sekulerisme, maka meskipun agama
tetap eksis, akan tetapi ajaran-ajarannya menjadi laiknya pancasila,
terutama pada sila kelima, hanya menjadi semboyan saja.
Saat
pluralisme agama ini merasuki suatu agama, maka rusaklah
prinsip-prinsip dasarnya, tidak ada guna neraka, karena mereka memandang
surga adalah tempat kembali seluruh penganut agama. Tidak ada guna
kitab dan rasul-rasul yang diutus, karena siapa pun yang mengklaim
memiliki hubungan intim dengan Tuhan tanpa perantaraan rasul pun
dianggapnya telah menjalankan agama yang benar, yang mereka banggakan
dengan 'agama cinta'.
Kecintaan
mereka benar-benar membabi buta hingga tak peduli pada kalam ilahi yang
dibawa rasul terakhir. Atas dasar cinta, rasul terakhir dan mukjizat
terbesar yang dibawanya, yaitu Al-Qur'an, mereka anggap hanyalah
manifestasi cinta Tuhan di tanah arab. Di tanah yang lain, agama-agama
yang beraneka macamnya itu ialah wujud manifestasi cinta Tuhan kepada
seluruh manusia. Sehingga siapa pun, asalkan beragama, maka sudah pasti
sedang meniti jalan menuju cinta Tuhan. "Banyak jalan menuju roma".
Itulah
Agama cinta yang diusung pluralisme agama. Yang jelas manusia dapat
bersuka cita mendengar ajaran-ajaran mereka, karena keselamatan tidak
hanya dimiliki satu agama, tetapi milik semuanya, seluruh agama masuk
surga, neraka hanya diisi orang-orang k4fir ateis yang jumlahnya tak
seberapa.
Tuhan yang anda
sembah, Tuhan yang kalian sembah dan Tuhan yang kita sembah adalah
sama. Mau dengan cara apapun kita beribadah, itulah ibadah yang
sesungguhnya asal dilandaskan pada ajaran agama cinta, yaitu agama yang
setiap pemeluknya tidak dikekang oleh satu rasul atau satu kitab suci,
tetapi hanya diatur dalam satu kata yaitu, 'cinta', begitulah pluralisme
agama.
Kembali pada
agenda penghapusan agama. Pada akhirnya mereka tidak berhasil menghapus
seluruh agama di dunia, tetapi mereka berhasil meruntuhkan
prinsip-prinsip dasarnya. Yang awalnya hitam-putih, mereka sulap menjadi
putih-putih, yang awalnya benar-salah, mereka hias menjadi
benar-(mungkin) benar. Seluruh prinsip dasar agama mereka revisi menjadi
agama cinta. Agama yang menyelamatkan seluruh manusia dan menyisakan
para ateis yang jumlahnya tak seberapa tuk menghuni neraka.
Akan
tetapi sayangnya para ateis tidak peduli surga-neraka, dan mereka hanya
tertawa menyaksikan para manusia berebut kunci surga sambil
bercengkrama dengan ketiadaan yang mereka anggap sebagai asal usul
kehidupan.
Jadi bagaimana? Tertarikkah anda dengan agama cinta yang diusung oleh mereka?
*Notes:
abaikan pronomina, 'mereka' karena itu hanyalah asumsi liar pribadi
agar dapat membangun narasi, ya bisa kalian katakan saya adalah penikmat
teori konspirasi. Ingat, hanya dinikmati, bukan dipedomani. Jika
memaksa, sebut saja 'mereka' dengan iblis dan kawan-kawannya.
Bahan bacaan:
-Ali, Mukti. 2015. Islam Mazhab Cinta: Cara Sufi Memandang Dunia. Bandung: Penerbit Mizan
-Rachman, Budhy Munawar. 2010. Reorientasi Pembaruan Islam: Sekularisme, Liberalisme dan Pluralisme
Paradigma Baru Islam Indonesia. Jakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF).
----------------------------------------
TENTANG PENULIS
Hamdika Al Kahfi, Mahasiswa IT (Ilmu Tafsir) di UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Penggemar bola yang jarang main bola, slogannya YNWA. Mentalnya kuat karena harus menunggu puluhan tahun agar tim kesayangannya angkat piala.
0 komentar