Rasa Yang Singkat
Maret 03, 2021
Ternyata ada benarnya, beberapa orang pernah bilang dua insan yang berbeda gender itu tidak ada yang bisa benar-benar menjadi teman. Jika adapun itu amat sangat langka. Aku yang baru saja ingin mematikan rasa setelah dipatahkan beberapa kali, lalu ia datang membawa rasa itu. Ini tentang perasaannya yang tiba-tiba ia ungkapkan, tentang sikapnya yang ia anggap berbeda dalam memperlakukan ku, dan tentang dirinya yang menyukai hati salah satu yang menjadi teman baiknya, aku. Setelah itu rasa yang ia berikan ditelantarkan begitu saja, dan aku yang baru ingin menumbuhkan rasa itu sangat kecewa. Rasa ini barulah akan ku hidupkan kembali tetapi mengingat rasamu yang kau matikan begitu saja, aku berhenti menghidupkan rasa ku kembali. Terakhir, aku kecewa.
Aku Cleya biasa dipanggil Kle, dan ada beberapa teman dekat ku yang sering main bersama dengan ku, yaitu Celine, Bumi, Seyrina, Nirwana dan Antariksa. Beberapa hari yang lalu ada teman satu organisasi kami yang mengalami kecelakaan sepeda motor. Mengingat hari ini adalah hari kedua setelah kecelakaan itu terjadi dan salah satu teman kami tetap koma belum sadarkan diri, jadi kami memutuskan untuk kembali kerumah sakit mengadakan yasinan bersama. Seperti biasa kami berangkat berbarengan, dan karena jauh maka satu sama lain saling berboncengan. Celine dibonceng Bumi, Seyrina dibonceng Nirwana, dan aku boncengan dengan Antariksa. Kami berteman sudah hampir tiga tahun lamanya semenjak masuk kuliah, karena kami meskipun berbeda kelas namun satu organisasi. Aku sering minta ditemani kemana-mana sama Antariksa, karena sudah berteman cukup lama aku jadi tidak sungkan untuk minta tolong sama dia.
Setelah yasinan malam itu, kami berencana mampir ke suatu tempat untuk makan sebentar. Antariksa tiba-tiba mengungkapkan suatu hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
“Kle, aku suka sama kamu.” ucap Antariksa.
“Hahaha, apaan sih, kamu jangan ngawur ya.” balas ku.
“Kok ketawa sih, emang ada yang lucu? Aku beneran suka sama kamu Kle.”
“Udah ya, kamu jangan ngomong yang engga-engga gitu deh, ga lucu tahuu.”
“Kamu mah ga percaya terus sama aku Kle.”
Apa yang ada di otak Antariksa, sampai dia berani bilang seperti itu? Ah mungkin saja itu hanya sekedar penghilang ketakutannya. Kami tidak melewati jalan raya melainkan melewati jalan belakang dan karena jalanan yang kami lewati penuh dengan semak-semak dan begitu gelap, biasanya Antariksa selalu mengajak ngobrol. Mungkin itu hanya bualan Antariksa saja, mana mungkin seorang Antariksa menyukai ku yang begitu keras kepala dan cengeng ini.
Kejadian semalam membuat isi kepala ku dipenuhi oleh bayangan Antariksa. Aku masih tidak percaya. Antariksa selalu meyakinkan dirinya bahwa ia tidak sedang bergurau. Chatingan setiap hari untuk menanyakan kepastiannya, dan aku yang tetap kokoh dengan pendirian ku untuk tidak percaya Antariksa. Mana mungkin sih berteman lama tetapi bisa suka. Setelah beberapa kali penolakan dari ku, Antariksa diam dan mencoba untuk biasa-biasa saja. Tapi aku tahu, ia tidak sedang biasa-biasa saja. Antariksa mencoba untuk berbicara serius, dan tetap saja aku belum mengerti dan paham apa maksud dari semuanya. Aku mencoba untuk tidak canggung, tapi nyatanya hampir canggung dibuatnya.
“Kle, gak mungkin kamu gak baper sama Antariksa.” ucap Seyrin.
“Rin, yang bener aja dong, masa aku udah temenan lama sama dia malah baper sih. Ya gak mungkin lah Rin. Lagian ya, aku bingung deh sama dia. Kok bisa-bisanya sih dia nyatain suka sama aku.” ucap ku.
“Eh denger ya, yang namanya temen beda gender itu ga mungkin gak ada yang gak saling suka. Meskipun udah temenan lama pasti ada salah satu yang diam-diam tuh suka Kle, jadi gak menutup kemungkinan deh untuk Antariksa gak suka sama kamu.”
“Rin tapi kamu juga harus tahu ya, wanita itu perasaannya bisa nyusul. Nah terus nanti kalau aku beneran baper sama Antariksa gimana dong?”
“Ya udah sih Kle, terima aja makanya. Jangan malu-malu deh, aku tahu kok kamu juga suka Antariksa kan Kle?”
“Rin, kan aku sukanya dulu waktu kita ospek masuk kuliahan, itupun aku sekedar tertarik aja sama dia karena dia orangnya mduah bergaul terus humor banget kan orangnya. Kalau sekarang kan ga mungkin lah aku suka sama Antariksa.”
“Tuhan maha membolak-balikkan hati seseorang Kle, hati-hati aja sama omongan kamu barusan.”
Beberapa hari berlanjut, Antariksa sering bilang bahwa ia terus-terusan memikirkan aku. Aku mencoba bersikap seperti biasa, sialnya aku malah perlahan menyukai Antariksa. Aku sempat berfikir ini hanyalah sekedar rasa ku saja, namun nyatanya benar-benar aku yang menyukai Antariksa. Mungkin untuk tidak mengungkapkan rasa ke Antariksa menjadi jalan satu-satunya, agar bayangan Antariksa hilang. Aku tetap tidak sungkan untuk minta tolong diboncengi ke suatu tempat, meskipun rasanya agak sedikit canggung memang. Sampai suatu hari, ia bilang bahwa ia ingin menghilangkan rasa itu. Semenjak ia sampaikan itu, ia terlihat begitu cuek di chat dan bertemu pun sikapnya menjadi aneh terhadap ku. Antariksa tiba-tiba menjadi orang terdingin jika ia bersama ku. Dulunya ia yang begitu hangat namun kini kehangatan itu tidak ada lagi. Aku berusaha untuk tidak memikirkan itu lagi, tapi kenyataannya perasaan ku ini barulah akan tumbuh dan Antariksa seketika mematikan rasa yang ia berikan itu.
“Kle, aku mau ngomong sama kamu” kata Bumi.
“Iya, kenapa mi?”
“Jadi gimana kamu sama Antariksa?”
“Bumi, aku tuh bingung rasa yang ia kasih itu benar adanya atau enggak. Kemarin Antariksa bilang dia mau ngilangin rasa ini. Kamu tahu aku kan Bumi kalau perasaan aku ini baru aja mau aku hidupin balik. Antariksa jahat ya”.
“Jangan nyalahin Antariksa Kle, ini gak sepenuhnya salah dia. Aku telfonan waktu itu sama dia, memang benar dia bilang dia udah gamau perjuangin kamu Kle. Kamu tahu kan, Antariksa orangnya anti banget sampe jilat ludah sendiri. Jadi kalaupun katanya nggak ya nggak, semua itu pilihan Kle. Kalaupun Antariksa udah matiin perasannya ke kamu, berarti itu pilihan dia Kle.”
“Sesingkat itu ya perasaan yang ia kasih ke aku. Bum,i kamu tahu kan aku berusaha mati-matian bangkitin rasa aku dan dia secepat itu mau matiin rasa itu lagi.”
“Kamu yang sabar ya Kle”
“Aku gak salah kan, harusnya memang aku gka menghidupkan rasa aku ke lelaki lagi. Kamu tahu aku, kamu tahu aku udah dipatahin berkali-kali. Saat aku mau bangkit lagi, Antariksa memilih untuk pergi. Bumi, itu sakit!”
“Kamu yang tegar ya Kle, semangat!”
Kamu tahu, aku belajar banyak hal tentang kejadian ini. Ternyata benar adanya kata Seyrin, tidak ada teman yang benar-benar teman jika berbeda gender. Pasti salah satunya ada yang suka duluan, contohnya Antariksa. Aku kira ia akan memperjuangkan rasa itu sepenuhnya, nyatanya tidak. Aku mencoba menghidupkan rasa itu, tetapi sekejap kamu mematikan rasanya kembali.
Teruntuk Antariksa, terima kasih sudah memberitahu tentang perasaanmu. Tentang rasa yang tidak pernah diduga, tentang rasa yang singkat. Tentang pelajaran dari kisah ini, tentang sebuah pilihan yang kamu ambil dan terima kasih sudah meyakinkan ku untuk tetap mematikan rasa ini lagi. Tidak seharusnya rasa ini aku hidupkan kembali. Jikapun semesta bertindak lain kita akan dipertemukan kembali, Antariksa ku.
0 komentar