Mori Putih
Desember 21, 2020Oleh: Nur Fanny Alifah Rizani
Gedung tinggi sepi hiruk-pikuk, sebuah ruangan dengar tangis pecah.
Alat pacu jantung, suntik tajam, obat keras.
Muak marah berkecamuk, remuk redam menghardik keadaan.
Dingin, kaku, pucat fasih.
Erat dekap tak cukup mampu hangatkan yang terkapar.
Teriak kencang? Percuma! Tak akan terganggu ditelinga.
Sia sia berbicara pada raga saja.
Kaki pincang. Sayap patah satu.
Luka menganga. Harapan hilang tujuan.
Keluh kesah kehilangan ruang berkisah.
Satu pintu tertutup.
Pergi melukis luka.
Tinggal lah seribu satu kenang. Seribu indah dengan satu kelam.
Lepas susah payah duniawi nya.
Bidadari itu kini bertempat di Surga.
Baca Juga : DALAM SELEMBAR KERTAS INI
0 komentar