Senapan dan Ekor Angin
Oktober 21, 2020
Sia-sia aku memburumu dalam gelap
Sedang kami sudah berjubah pakaian besi yang mulai berkarat
Setiap dinding, pintu, dan jendela
Sudah kami bidik senapan yang siap kami letuskan dalam dekapan
Semenjak fajar merekah hingga menyusut
Kami terus menunggui sebuah rumah sunyi
Rumah seorang pendosa yang berani bertapa dalam pertaubatan
Tanpa ampunan sang ratu sejagat mengutus sebuah perdamaian ganjiil: sebuah pengusiran
Kini cuaca tak lagi ramah
Kami tetap berjejeran rapi tanpa celah
Hanya lentera tua menemani dalam temaram
Entah berapa lama, berapa waktu kami menunggu
Seraya pendekar suci, konon pendosa dapat menghilang satu sisi ke lain sisi
Sebab setelah pertapaan sunyi, Tuhan mulai berbaik hati: mengampuni
Dan kami, tetap menjadi pemburu-pemburu sepi
Iring-iringan daun rimbun berjatuhan menjadi saksi
Sedikit pun kami tidak pergi
bahkan burungpun mengerti,
Kami hanya menjadi bahan tertawaan para binatang yang berserakan tanpa barisan
Sampai pada saat kami mengeerti
Sang pendosa lari, seraya angin: seekor angin
13 Juli 2019
PUISI SUDAH DITERBITKAN OLEH PENERBIT GUEPEDIA
0 komentar