Pandangan Skeptis Masyarakat Korea Terkait Isu Feminisme Dalam Novel Kim Ji-young, Born 1982 Oleh Cho Nam-Ju
Oktober 26, 2020 Oleh: Devy Anjani
Kisah yang diangkat dalam novel yang berjudul Kim Ji-Young, Born 1982 menuai pro dan kontra dari masyarakat Korea karena mengandung isu feminisme. Di mana isu yang berkaitan dengan gender masih begitu sensitif di Negeri Ginseng ini.
Masyarakat Korea sering kali merasa sensitif ketika bersinggungan dengan paham kesetaraan gender. Khususnya untuk gerakan yang mendukung paham feminisme. Di Korea Selatan sendiri gerakan feminisme mendapat tentangan keras. Terutama dari sebuah kelompok yang bernama Dang Dang We yaitu kelompok yang memperjuangkan keadilan bagi kaum laki-laki. Pemimpin dari kelompok ini yang bernama Moon Sung-Ho berkata bahwa feminisme tidak lagi tentang kesetaraan gender. Ia berpendapat kalau itu adalah bagian dari diskriminasi gender dengan cara yang kasar dan penuh kebencian.
Menurut Laporan Pengembangan Manusia yang diliris oleh PBB pada tahun 2018 kemarin, Korea Selatan begitu konsisten menduduki peringkat tertinggi ketimpangan gender di dunia dengan indeks 0,063. Berdasarkan Glass Ceiling Index oleh The Economist, Korea Selatan juga merupakan negara dengan perbedaan gaji yang cukup signifikan antara laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 35 persen. Tidak hanya itu perempuan yang bekerja akan menerima tekanan sosial untuk berhenti dari pekerjaannya ketika mereka sudah memiliki anak, seperti yang diberitakan oleh The Diplomat.
Dari sini dapat kita lihat bahwa ada ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan. Dalam kasus ini perempuan seharusnya juga mendapatkan kesetaraan di ruang publik bukan hanya di ruang domestik. Namun karena budaya patriarki masih sangat kental dan sudah mengakar kuat dalam masyarakat Korea. Sulit untuk menghilangkan pandangan skeptis mereka terhadap paham feminisme yang muncul dengan tujuan menyuarakan hak-hak kesetaraan bagi kaum perempuan. Hal ini disebabkan karena masyarakat Korea sudah dari dulu sering mengkotak-kotakan kaum laki-laki dan perempuan ke dalam jenis pekerjaan dan tanggung jawab tertentu, seperti laki-laki bertugas mencari nafkah sedangkan perempuannya mengurus rumah dan anak. Presiden Pusat Dukungan Hukum Perburuhan Wanita Korea, Choi Mi-Jin mengatakan bahwa hal tersebut itulah yang menyebabkan mengapa diskriminasi gender dalam perekrutan diterima secara luas dan terus dipraktikkan. Sebab tak jarang banyak juga perusahaan yang menganggap pekerja perempuan bisa menyebabkan gangguan kelancaran bisnis perusahaan karena cuti hamil atau melahirkan.
Baca Juga : PENULIS BAD-GIRL DAN SEKS DALAM KESUSASTERAAN CINA KONTEMPORER.
Kembali ke pembahasan mengenai kisah yang diangkat dalam novel Kim Ji-Young karya Cho Nam Ju. Yang mana menceritakan tentang kisah dari seorang perempuan bernama Kim Ji Young di mana ia lahir dan tumbuh di negara yang memiliki budaya patrikal begitu kental. Ji Young pada awalnya aktif sebagai wanita karir dan begitu mencintai pekerjaannya. Namun ia harus mengundurkan diri dari pekerjaan yang dicintainya itu karena sudah terikat dengan pernikahan. Sehingga ia harus memfokuskan dirinya untuk mengurus anak dan suaminya. Jauh di dalam dirinya, Kim Ji young sangat ingin kembali bekerja. Namun lagi-lagi banyak hal yang menghalanginya. Salah satunya adalah karena ia perempuan. Seorang perempuan yang berumah tangga sebaiknya hanya berdiam diri di rumah mengurus keluarga.
Cerita dari seorang Kim Ji Young ini diangkat dari kisah nyata. Pada masa lalunya Ji Young pernah mengalami pelecehan seksual, diperlakukan berbeda oleh Ayahnya sendiri, dan mengalami diskriminasi gender di tempat kerjanya. Begitu banyak masalah yang terjadi dalam kehidupan Ji Young. Sehingga puncaknya ia mengalami depresi. Secara tidak langsung novel ini juga menyinggung tentang kesehatan mental. Penulis juga mengambil dalam sudut pandang perempuan untuk mencoba mengajak kita mengerti tentang perempuan. Dalam novel ini tak hanya menceritakan tentang permasalahan yang dihadapi ole Ji young tetapi juga masalah perempuan lainnya.
Kim Ji young merupakan cerminan untuk para wanita Korea saat ini. Yang menunjukan bahwa diskriminasi ditempat kerja benar adanya. Seperti yang telah dirangkum oleh CNN ada beberapa kisah perempuan yang mengalami diskrimanasi di tempat kerja. Salah satunya tepat pada tahun lalu, Korea Selatan gempar dengan isu beberapa perusahaan yang ketahuan memanipulasi skor hasil ujian pelamar perempuan. Dalam kasus ini skor ujian pelamar perempuan diturunkan sehingga mengakibatkan banyak pelamar laki-laki yang masuk ke perusahaan tersebut.
Sebenarnya mengejutkan sebagai negara yang maju ternyata Korea Selatan masih melanggengkan budaya patriarki yang mengakar kuat. Di samping itu paham feminisme sendiri merupakan hal baru bagi masyarakat Korea yang konservatif dan begitu menjunjung tinggi kaum laki-laki dibanding perempuan. Mirisnya lagi hal seperti ini dianggap tabu di Korea. Kaum perempuan pun selalu dinomerduakan di lingkungan kerja maupun keluarga. Dari sebuah karya sastra seperti yang ditulis oleh Cho Nam-ju ini kita bisa melihat secara gamblang bagaimana sistem patriarki mencederai perempuan dan mengambil hak perempuan sebagai manusia seutuhnya.
Kisah yang ada dalam novel ini menjadi tamparan keras untuk seluruh masyarakat Asia atau para oknum yang masih mendukung sistem partriarki itu sendiri. Kim Ji Young, Born 1982 telah berhasil merefleksikan serta mempresentasikan kehidupan sehari-hari para perempuan yang masih terbelenggu dengan sistem partriarki.
0 komentar