SASTRA DAN COVID -19
April 06, 2020
Oleh: M. Afifulloh
(Mahasiswa S3 Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada dan Dosen Sastra Inggris UBB)
Image Source: elearningindustry.com
(Mahasiswa S3 Pengkajian Amerika Universitas Gadjah Mada dan Dosen Sastra Inggris UBB)
Image Source: elearningindustry.com
Karya sastra merupakan istilah jamak
yang dipakai dalam dunia seni dan hiburan. Film, novel, puisi, cerpen, merupakan
beberapa jenis karya sastra dari genre yang berbeda-beda. Sastra hadir dengan
tujuan utama adalah menghibur pembacanya, tentu saja huburan yang menyenangkan.
Sastra itu kata Luckens (2003) memiliki daya suspense, yaitu daya yang
mampu membuat pembaca tertarik ingin membacanya dan merasa terikat karenanya.
Kali ini saya akan membahas tentang novel. Ketika virus corona (COVID-19)
merebak dan menjadi endemi di seluruh dunia, ada novel yang ikut terseret dalam
persoalan virus ini. Novel yang termashur dibicarakan dan dikait-kaitkan dengan
COVID-19 ini adalah novel berjudul ‘The Eyes of Darkness’karya Dean
Koontz. Kemudian buku berjudul ‘End of Days: Predictions and prophecies about the end of the
world Paperback’ karya
Sylvia Brown. Dua karya ini banyak dibicarakan karena secara tepat memprediksi
akan adanya pendemi yang disebabkan oleh virus dan memakan banyak korban
seperti yang terjadi saat ini.
Sepertinya teori yang diungkapakan oleh Jesse
Matz (2004) dalam bukunya yang berjudul The
Modern Novel: A short Introduction yang diterbitkan oleh Blackwell Publishing mengenai sastra
sangat tepat. Ia mengatakan bahwa:
Novel
itu selalu kekinian, modern, konsen dengan persoalan-persoalan kehidupan nyata,
dan selalu memberikan nuansa baru. Novel itu menerobos jauh ke masa lalu,
memberikan warna baru dalam kehidupan sekarang, dan selalu mencoba untuk meraih
masa depan.
Jelas bahwa sastra
sebagian adalah wujud masa lalu yang diabadikan dalam cerita, sebagian adalah
pemahaman kehidupan saat ini yang dialami manusia umumnya, dan sebagian adalah
harapan-harapan, doa, sekaligus peringatan kepada manusia akan masa depan yang
semakin kompleks. Sastra sering dimaknai sebagai karangan yang bersifat
fiksi. Cerita fiksi berbeda maknanya dengan fiktif. Saat pilpres kemarin sempat
ramai tentang kata fiksi dan fiktif. Banyak yang gagal paham akan makna
sebenarnya dua kata tersebut karena kedua kata tersebut sering overlapping
dipakai oleh masyarakat. Dalam KKBI memang didefiniskan sebagai sesuatu yang
mirip. Fiksi dan fiktif memang memiliki ciri-ciri yang mirip, namun apa yang
terkandung dalam cerita fiksi tidak semuanya adalah hasil rekaan atau khayalan.
Cerita fiksi juga mengandung ide, perenungan-perenungan yang secara nyata
dialami oleh manusia. Karya sastra disebut sebagai karya fiksi karena ceritanya
tidak hanya khayalan atau rekaan semata, ceritanya tidak seluruhnya fiktif, ada
pesan-pesan yang disampaikan berdasarkan kenyataan.
Lalu ada karya-karya
besar dalam dunia sastra yang secara tepat memprediksi masa depan manusia. Hal
tersebut adalah bukti paling otentik akan makna fiksi yang telah saya sampaikan
tersebut. Bahwa karya sastra mampu menjelaskan apa yang telah terjadi, yang
sedang terjadi dan mungkin yang akan terjadi. Dua karya yang telah berhasil
meramalkan pandemi virus Corona ini bukanlah hal yang pertama terjadi dalam
dunia sastra. Ada banyak karya sastra yang juga berhasil memprediksi secara
tepat kejadian masa depan. Dalam kesempatan ini saya akan membahas beberapa
karya sastra yang berhasil memprediksi masa depan.
1. From the Earth to the Moon karya Jules Verne
Image source: penguinrandomhouse.com |
Tahun 1865, penulis Prancis
Jules Verne menerbitkan novelnya ‘From the Earth to the Moon’. Di mana
dia menggambarkan sebuah senjata luar angkasa besar yang bisa meluncurkan
proyektil langsung ke Bulan. Sekitar seabad kemudian, pesawat luar angkasa
Apollo 11 mendarat di Bulan. Nama pesawat tersebut sama seperti yang
diperkirakan Verne dan lebih dari itu, jumlah orang yang mendarat bahkan sama
persis. Sebenarnya tidak hanya ‘from the earth to the moon’ saja karya
Verne yang berhasil meramal masa depan, ada novel yang berjudul ‘Twenty Thousand Leagues Under the Sea’ yang menceritakan perjalanan kapal selam bertenaga
atom yang terbit pada tahun 1870.
2. London Times karya Mark Twain
Image source: britannica.com |
Mark Twain adalah tokoh sastra yang
tidak asing lagi bagi mahasiswa Sastra Inggris khususnya. Karya-karya besarnya
telah banyak diulas dan telah diterjemahkan ke dalam banyak Bahasa. Salah satu
karyanya London Times yang diterbitkan pada tahun 1904 telah
berhasil meramalkan akan adanya smartphone yang saat ini tidak bisa dipisahkan
dalam kehidupan kita.
3. The Machine Stops karya E. M Forster
Image Source: letterpressproject.co.uk |
Novel in terbit di
tahun 1909 dan berhasil memprediksi kemajuan teknologi yang saat ini juga tidak
dapat dipisahkan dalam kehidupan kita. Novel ini telah memprediksi secara tepat
akan adanya teknologi video call dan terbukti terjadi saat Facebook,
WhatsApp, Skype dan lain-lainnya berlomba-lomba menghadirkan layanan video
call kepada kita dengan segala fasilitas-fasilitasnya.
4. The Wreck of the Titan karya Morgan Robertson’s
Image Source: Kobo.com |
Novel ini menceritakan
sebuah kapal pesiar besar yang diyakini tidak bisa tenggelam namun akhirnya
kandas juga menabrak gunung es. Novel ini terbit pada tahun 1898 dan di tahun
1912, kapal Titanic yang dibuat dengan penuh kebanggaan, dengan teknologi yang
paling canggih kandas menabrak gunung es dan akhirnya tenggelam.
5. The Narrative of Arthur Gordon Pym of Nantucket karya Edgar Allan Poe
Image Source: penguinrandomhouse.com
Novel ini terbit pada
tahun 1838. Novel ini pernah disebut oleh pengarangnya sendiri sebagai karya
yang paling bodoh. Saat itu banyak pembaca yang tidak suka dengan cerita di
dalam novel tersebut. Mereka menganggap cerita tersebut berlebihan dan
menjijikan. Novel ini adalah novel yang paling menarik menurut hemat
penulis. Sempat dianggap novel yang
paling tidak masuk akal, Edgar Allan Poe menyebutnya sebagai ‘the very silly
book’. Namun dibalik itu, Poe menyebutkan bahwa sesungguhnya cerita
tersebut terinspirasi oleh kisah-kisah nyata tentang kanibal. Novel ini
bercerita tentang pembunuhan yang dilakukan oleh 3 awak kapal terhadap seorang
tahanan mereka karena persedian makanan habis dan mereka kelaparan di tengah
lautan. Tahanan tersebut dibunuh dan dijadikan makanan oleh ketiga awak kapal
tersebut agar bertahan hidup dan akhirnya mereka selamat karena makan mayat
tahanan tersebut. Pada tahun 1848, ada kejadian yang sama terjadi, sebuah kapal
bernama Mignonette berlayar dari pelabuhan Southampton menuju Australia. Kapal
itu dipimpin oleh kapten Tom Dudley dengan dua awak senior bersama seorang
remaja yang baru berusia 17 tahun yang diperbantukan sebagai Cabin Boy. Singkat
cerita, kapal mereka dihantam oleh badai atlantis dan terombang-ambing di
tengah lautan. Dalam perjalanannya, mereka kehabisan makanan. Remaja yang ikut
sebagai Cabin Boy meminum air lautan hingga pingsan dan awak kapal yang lainnya
memanfaatkan kesempatan tersebut untuk membunuh pemuda tersebut dan dijadikan
makanan agar selamat. Setelah 35 hari bertahan, akhirnya mereka diselamatkan
oleh sebuah kapal yang kebetulan lewat.
Sebenarnya masih banyak karya-karya selain yang telah
dibahas, ada karyanya Jonathan Swift (1726)
berjudul Gulliver’s Travels yang berhasil menggambarkan planet Mars
sebelum planet tersebut ditemukan secara tepat dan karya yang lainnya. Demikian
sekilas mengenai karya sastra dan ramalan-ramalan yang benar-benar terjadi.
Harapannya adalah bahwa masa depan adalah milik bersama, mari kita jaga dengan
sebaik-baiknya agar persoalan-persoalan yang mendera seperti saat ini tidak
terjadi lagi dan virus Corona ini segera meghilang dari bumi yang kita cintai
ini. Amiin.
---------------------------------------------
BIODATA PENULIS
Penulis bernama M.Afifulloh saat
ini sedang mengambil studi untuk gelar Doktornya di bidang Pengkajian
Amerika di UGM. Ia merupakan dosen Sastra Inggris di Universitas Bangka
Belitung. Disamping itu, ia memiliki bisnis kuliner dengan nama "Dapoer
Alana" yang saat ini berjuang mengalahkan Mc. Donald dan KFC, untuk
menguasai bisnis perkulineran di dunia
0 komentar