Kuliah Daring ditengah Pandemik Covid-19: Musibah atau Anugerah?
April 03, 2020
Oleh: Nadhilah Nur Shabrina
(Mahasiswi Sastra Inggris FISIP UBB)
Image Source: unsplash.com |
MEDIATIKUSASTRA.COM- Merebaknya
wabah Coronavirus disease atau Covid-19 membuat hampir seluruh aktivitas
luar ruangan diberhentikan dan dialihkan menjadi Work from Home termasuk
perkuliahan mahasiswa dan mahasiswi Universitas Bangka Belitung yang telah
dirumahkan sejak 17/03/2020 lalu.
Untuk pertama
kalinya dalam sejarah, Universitas Bangka Belitung atau UBB merumahkan seluruh
mahasiswa/i serta civitas akademika kampus. Hal ini bertujuan untuk
mengupayakan peningkatan kewaspadaan dalam mengatasi wabah Covid-19 yang kian
merebak.
Walaupun
seluruh pihak dalam universitas dirumahkan, mereka tetap mempunyai kewajiban
untuk menjalankan tugas yang telah diamanatkan dari rumah tercinta. Tak
terkecuali para dosen serta mahasiswa dan mahasiswi Universitas Bangka Belitung
yang melakukan perkuliahan dalam jaringan (daring) atau online.
Namun, pro
kontra mengenai kuliah daring akhir-akhir ini kerap kali bermunculan di
kalangan mahasiswa dan mahasiswi UBB. Tugas yang datang silih berganti membuat
para mahasiswa kelabakan. Yang lainnya menyangkal hal tersebut dengan
mengatakan tugas yang mereka dapatkan biasa-biasa saja dan tidak terlalu
banyak. Tetapi ada pula pihak netral yang tidak hanya melihat sisi negatifnya
saja melainkan turut menyertakan sisi positif dari kuliah daring itu sendiri.
Intan, seorang mahasiswi semester 6 Universitas Bangka Belitung, merupakan
salah satu mahasiswi yang memilih untuk bersikap netral.
"Musibah
atau anugerahnya itu bisa kita liat dari dua sudut pandang ya. Positif dan
negatif. Jadi menurut aku kalo kita liat dari sisi positifnya, itu bisa
meminimalisir merebaknya virus Corona
yang ada di Bangka, apalagi sekarang sudah ada 2 kasus kan. Terus dengan kuliah
di rumah juga kita bisa ngerjain tugas sambil ngerjain hal lain dengan
manajemen waktu yang baik. Kedua hal tersebut bisa ngejadiin kuliah online itu
anugerah." Ungkapnya.
Tak hanya
melampirkan sisi positifnya saja, Intan juga menambahkan sisi negatif dari
kuliah daring atau online, "ya kalau sisi negatif dalam kuliah online ini
sih, menurut aku ya, kalau kita udah ngerjain tugas terus ga ada feedback lebih
lanjut dari dosen yang bersangkutan mengenai tugas tersebut karena apa yang
kita cari itukan belum tentu valid ya. Terus tugas-tugasnya juga datang
bertubi-tubi. Ini kan sebenernya kuliah online bukan tugas online. Sejujurnya,
dosen memberikan tugas itu wajar-wajar aja sih, cuma kalau berlebihan dan
menjadi beban bagi mahasiswa, mengingat banyaknya mata kuliah, maka itu bakalan
jadi ga wajar lagi." Tambahnya.
Beda orang
tentu akan menghasilkan pendapat yang berbeda. Ibu Nurvita, salah seorang dosen
di kampus peradaban Universitas Bangka Belitung memberikan pendapatnya sebagai
dosen atau pengajar mengenai kuliah daring.
"Kuliah
online ini awalnya merupakan alternatif saat kedua belah pihak (dosen dan
mahasiswa) jenuh dengan pembelajaran konvensional atau jika dosen sedang tidak
berada di kampus. Tapi di tengah masa pandemik ini, kuliah online tentunya
menjadi sebuah keharusan." Ujar dosen yang kerap disapa Miss Vita ini.
Saat ditanya
mengenai apakah kuliah daring ini sendiri merupakan sebuah musibah atau
anugerah, Vita memberikan jawaban yang realistis.
"Kuliah
online ini bisa jadi anugerah ditengah musibah jika dosen bisa memahami konsep
kuliah online itu sebenarnya seperti apa serta memilih strategi dan metode yang
akan membuat sang dosen dan mahasiswa sama-sama nyaman saat melakukan
perkuliahan dalam jaringan. Tentunya strategi dan metode kuliah online ini harus
mempertimbangkan hal-hal seperti materi pembelajaran, kurikulum, kuota
mahasiswa, jaringan, dan lain-lain ya. Jadi kuliah daring ini tidak serta merta
memindahkan kelas tatap muka ke kelas daring (teleconference) karena kita juga
harus mempertimbangkan kondisi mahasiswa dan mahasiswi kita agar perkuliahan
bisa efektif dan efesien." Jawabnya.
0 komentar