Karena Corona Mahasiswa Merana
April 04, 2020
Oleh: Efa Devia Permatasari
(Mahasiswi Sastra Inggris FISIP UBB)
Source: nasdaq.com |
MEDIATIKUSASTRA.COM- Indonesia, negara yang besar dan salah satu sasaran Covid 19 dihebohkan oleh kaum-kaum pengguna internet atau netizen di sosial media. Kegelisahan netizen dapat terlihat sangat jelas dengan postingan-postingan yang mereka unggah, terutama di aplikasi Instagram. Para pengguna membuat banyak hal di akun mereka dengan menandai postingan yang ada dengan tagar #dirumahaja atau lainnya. Selain pada tagar-tagar, hampir setiap pengguna mengekpresikan kebosanan mereka dengan cara mereka tersendiri. Ada yang membuat meme lucu, vidio lucu, kata-kata, dan kreativitas lainnya.
Salah satu dampak yang tidak dapat
dihindari adalah kegelisahan dalam dunia pendidikan terutama bagi para
mahasiswa. Para mahasiswa merasa gelisah dengan adanya belajar melalui sistem
daring di rumah. Tugas yang di berikan oleh dosen-dosen sangat memberatkan dan
membuat stres para mahasiswa/mahasiswi.
“Min
dosen ku minta mahasiswa nonton
materi di youtube, gak Cuma 1 vidio
tapi
sekitar 7 vidio,, gimana nasib temen ku yang gak punya kuota :’( dosennya malah
nyuruh beli kuota gimana temen yang ekonominya di bawah :’( dosennya juga gak
mau tau alasan” (dikutip dari akun Instagram: curhatanmahasiswa.id).
Kutipan tersebut menunjukkan salah
satu bentuk protes mahasiswa yang merasa tugas daring tidaklah efektif. Satu
dosen memberikan satu tugas, jika ada 12 mata kuliah dalam satu minggu makan
ada 12 tugas yang harus di selesaikan. Untuk protes kepada dosen secara
langsung, masih dipikir-pikir oleh mahasiswa, dikarenakan tidak semua dosen
menerima kritikan atau dosen tersebut tidak mau tahu asalkan tugas segera
dikerjakan dan dikumpulkan. Jargon yang sedang viral digunakan oleh mahasiswa
yaitu “Kampus lockdown, Tugas smackdown, Mahasiswa down.
Berita yang paling terbaru saat ini
adalah adanya beberapa universitas yang memberikan fasilitas kuota internet
bagi mahasiswanya. Salah satu kendala yang keluhkan oleh para mahasiswa adalah
kuota internet mereka yang menipis, jaringan internet yang sering hilang di
kampung mereka, serta orang tua terutama ibu mereka yang selalu meminta bantuan
untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Para mahasiswa yang berada di rumah kebanyakan
dari mereka mengutarakan bahwa mereka sering diteriaki ibu mereka karena selalu
bermain ponsel bukannya membantu di rumah sedangkan para mahasiswa sedang ada
kuliah daring.
Sistem belajar daring yang sebelumnya
hanya sebatas 14 hari kini diperpanjang, melihat kondisi penyebaran virus yang
masih berlanjut. Diperpanjangnya libur atau belajar di rumah semakin membuat
mahasiswa merasa tertekan oleh tugas yang akan bertambah. Adanya dosen yang
hanya memberikan tugas namun tidak menjelaskan materi yang diberikan sangat
tidak efektif. Mahasiswa tidak mendapatkan ilmu yang atau dialektika yang
biasanya dilakukan di dalam kelas. Aplikasi yang banyak digunakan adalah
seperti Edmodo, Google Classroom, Quipper dan aplikasi lainnya yang dapat
menunjang proses pembelajaran.
Masih
banyak dampak lain yang dirasakan oleh mahasiswa, seperti mereka meminta di
bebaskan biaya kuliah karena hak mereka untuk diajarkan secara tatap muka tidak
ada ataupun wifi kampus tidak bisa digunakan untuk menggerjakan tugas-tugas, di
tiadakannya tugas akhir yang mungkin tidak ada ilmu yang didapatkan selama
kuliah daring.
Mahasiswa
meminta setidaknya universitas menyediakan kuota internet yang baik bahkan
untuk mahasiswa yang berada di desa-desa. Pengurangan tugas atau memberikan
waktu yang cukup panjang bagi mahasiswa untuk mengerjakannya dapat menggurangi
beban dikejar oleh batas pengumpulan serta menjelaskan secara singkat tentang
materi yang telah diberikan melalui sebuah komunikasi vidio atau cara lain yang
lebih efektif selain melauli teks yang kemungkinan tidak dipahami oleh semua
mahasiswa.
Dapat di simpulkan bahwa untuk
mengatasi kegelisahan ini harus ada kesepakatan satu sama lain antara dosen dan
mahasiswa. Untuk para dosen atau pihak universitas mohon untuk dapat mengerti
keadaan mahasiswanya yang memiliki beberapa kendala selama proses kuliah daring
ini. Jangan di marahi atau berpengaruh kepada nilai mahasiswa pada saat
mahasiswa mengajukan sistem belajar yang membuat mereka nyaman. Sedangkan untuk
para mahasiswa, dosen juga memiliki kesulitan tersendiri dalam proses kuliah
daring ini. Sebagai contohnya, dosen tidak bisa memberikan kuis yang biasanya
tutup buku, bahkan ada dosen yang gaptek berusaha untuk belajar mengajar
menggunakan aplikasi agar tetap dapat mengajar mahasiswa-mahasiswanya dengan
baik atau menunaikan tugas mereka sebagi seorang pengajar.
0 komentar