Wanita Berselendang Cokelat
Agustus 10, 2023
Kala
itu kita terduduk diam
Aku hanya bisa memandangmu dari pantulan kopi hitam
Tak ada ikat, tak ada janji
Kita bungkam kemudian tenggelam dalam pahit kopi
Aku hanya bisa memandangmu dari pantulan kopi hitam
Tak ada ikat, tak ada janji
Kita bungkam kemudian tenggelam dalam pahit kopi
Tahun ini,
Secangkir kopi yang berbeda tetapi masih dengan wajah yang sama
Aku hanyut di dalam buihya
Sendiri
Hilang
Seorang wanita menari-nari di bibir cangkir
Menenggelamkan diri tapi tak mati
Seketika kulihat taman firdaus di telapak kakinya
Lantas kubayar jiwaku untuk sukmanya
Kuberi ragaku untuk tubuhnya
Kugadai darahku untuk lukanya
Aku menjadi raja sekaligus budak
Selembar kertas dari seorang pelayan
Bukan bill, bukan hutang
Tapi sajak Rendra.
Ya benar, sebuah larik terakhir nyanyian angsa
pengantin dan pelacur adalah saya
Pasir
padi, 1 Desember 2017
BIODATA PENULIS
Andri Fernanda Pernah
mengambil studi S2 Ilmu Sastra di Universitas Gadjah Mada, dan
menyelesaikan tesisnya di Monash University, Australia. Merupakan salah
satu penerima hibah tesis luar negeri FIB UGM 2016. Saat ini menyibukkan
diri sebagai dosen Sastra di salah satu Universitas Negeri, mengelola
dan mengawasi Mediatikusastra sambil ngopi, dan tentunya menikmati
hidup.
0 komentar