Puisi Zonasi
Maret 21, 2020
Oleh: Lendra Dika
(Mahasiswa Hukum Ekonomi Universitas Indonesia)
Pagi
ini loper koran kembali melempar ke kekecewaan keteras rumahku, lantas tidak?
harapan ku dikabarkan pupus olehnya. harapan ku yg juga diharap-harapkan satu
negeri laskar pelangi, perihal rencana zonasi yang tak kunjung disudahi.
Sebagai pribumi, besar keinginanku untuk melihat bumi tempat ku dilahirkan tak
lagi di dzalimi, subur lestari, terjaga asri, tetap bisa ku nikmati sampai
mati? tapi apalah daya kami ini cuma bisa mengamati, sambil memaki sesekali
berguyur terik matahari di depan gedung bernaung bapak-bapak yang kami hormati.
Ironi saat negeri ini diberkahi berbagai
nikmat yang disematkan ilahi, mulai dari Pelabuhan Toboali sampai Pulau Putri.
Bentangan pasir putih memanjakan kaki, riuh gelombang menghanyutkan mimpi,
bawah lautnya membuat mata iri atas kecantikan karang bersusun dihiasi ikan
bernari-nari, dewata Bali tak ada apa-apanya jika dibandingkan ini.
Hasil
laut nya lebih dari cukup untuk menghidupi, tak kurang untuk memakmuri, kurang
baik apa negeri ini? Takkan kau dapatkan lagi
di negeri lain NKRI yang seorang
anak kecil bawa piring kepinggir pantai dapat membeli gadget tipe baru
sebelum bulan berganti, modal mesin 'robin' sudah bisa beli motor suzuki,
apalagi gubuk2 ngapung di bentangan pasir padi? mau rumah 3 biji? beli tanah di
dekat taman sari? atau berangkat haji?
Tapi bukan berarti itu akan abadi, nanti akan kau saksikan negeri ini marah!
menyumpah serapahi semua yg kita dzalimi atas diri. menghilangkan semua
kenikmatan ini atau terlebih lagi akan ia luluh lantahkan dan membabi buta atas
izin ilahi. Cukuplah bencana di tanah air jadi headline minggu2 ini, jangan ada
lagi.. Cukuplah mahasiswa organisasi menuliskan 'Donggala, Palu, dan Sigi'..
pada kotak2 berisikan recehan disudut jalan sore ini.
Jangan
'Bangka Belitung' mengikuti..
0 komentar